Kamis, 15 Maret 2012

Wanita bak teratai!


Kenapa? Atau mengapa? Mungkin itu terbesit dibenak anda saat ini. Wanita bak bunga mawar, mungkin sudah begitu sering didengar, tapi akan jadi asing jika wanita diibaratkan bagai teratai. Apalah arti sebuah teratai, hanya bunga yang berada ditengah danau berlumpur yang bahkan tidak diperhatikan.
Namun dibalik itu, teratai menyimpai potensi tersendiri. Ia hadir memperindah danau yang kotor, ia hadir menjadi pembersih danau. Ia tidak diperhatikan sekitarnya, tapi tanpa kehadirannya, danau itu akan jadi hampa, tanpa keberadaannya danau itu akan jadi kotor.
Begitulah harusnya wanita, wanita muslimah tepatnya. Bukan menjadi mawar yang diperhatikan banyak orang, tapi mengandung duri. Jadilah muslimah layaknya teratai yang hadir menjadikan indah dan membantu sekitarnya. Jadilah muslimah yang tidak hanya indah tapi mau membantu dan bermanfaat bagi sekitarnya.
Meski tidak begitu diperhatikan tapi memperhatikan sekitar, begitulah muslimah yang seharusnya. Hadir dengan kreatifitas yang bermanfaat bagi sekitarnya. Bukan menunjukkan pada dunia tentang potensi yang ada. Tapi berbagi pada dunia tentang apa yang kita punya, sehingga tidak ada kesombongan yang terbesit di dalam dada. Bermanfaatlah! Seperti teratai untuk danaunya.
Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.


Untuk menjadi muslimah tanggu di era globalisasi kita butuh banyak bekal lho,,,,, mau tau apa aja? Apa coba? Let’s check this out
-          Pastinya, muslimah harus bisa masak, biar disayang suami,,, haha.. just kidding…
Cukup 4 hal,,, tapi berarti banget buat dimiliki untuk para muslimah
-          Kreatif. misalnya muslimah yang bisa jahit,,, kalo perlu desain baju sendiri, kan kreatif thu apalagi desainya dengan sesuatu yang tidak pernah dilakukan sebelumnya.
-          Insiatif, misalnya wanita harus
-          Muslimah juga perlu jadi kritis

SUARA MAHASISWA = SUARA RAKYAT


Percaya atau tidak itulah yang terjadi, suara mahasiswa bisa menjadi racun sekaligus penyemangat di setiap kesempatannya. Yah kalau dipikir lebih jauh, rantai makanan itu berjalan memang, tapi tetap saja kembali ke asalnya. Mengapa saya mengatakan seperti itu, coba kita bayangkan, mahasiswa takut dengan dosen, dosen takut dengan rektor, rektor takut dengan gubernur, gubernur takut dengan pemerintah, pemerintah takut dengan siapa???? Kembali ke mahasiswa. Tentunya lepas dari ketakutan sesungguhnya, dimana harusnya kita takut pada Tuhan yang maha kuasa.
Suara mahasiswa menjadi suara yang menggambarkan bagaimana rakyat ingin bersuara, selain karena mahasiswa juga bagian dari rakyat itu sendiri. Mahasiswa merupakan generasi yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Mahasiswa juga orang-orang intelek yang siap dengan opini-opini kritis yang bisa membangun atau menghancurkan suatu kekuasaan. Namun yang kadang disayangkan adalah, bagaimanapun dan  seintelek apapun seorang mahasiswa, jika opini itu disampaikan dengan bentuk kekerasan, bisa jadi itu malah menjatuhkan martabat atau status intelek mereka sendiri.
Sebuah aspirasi bisa disampaikan ditengah terik matahari yang panas dengan pengeras suara, bersama-sama menyatukan pandangan untuk sesuatu yang dianggap keliru ataupun benar. Mereka disana, mereka ada, mereka para pendemo, ya memang, tapi ada suara rakyat disana ( tidak dengan mereka yang dibayar untuk kepentingan pribadi). Bagaimana rezim Soeharto runtuh, setelah 32 tahun ia memerintah. Siapa yang bersuara, MAHASISWA, mereka berontak, yang kemudian juga memacu rakyat untuk ikut berontak atas pemerintahan yang tidak percaya lagi. Begitulah mereka mahasiswa, bangga kita dengan aspirasi yang sarat perjuangan itu, tapi ingat, suara untuk kebaikan, suara untuk didengar, tapi bukan untuk dihancurkan dengan kekerasan atau penjarahan.
Anak Biasa^_^

MAHASISWA, PERTANYAAN UNTUK SEBUAH PERAN?


Tidak bisa dipungkiri lagi tonggak dari sebuah bangsa begitu bergantung pada bagaimana keadaan generasi mudanya, mulai dari para pelajar sampai para aktivitis muda. Mahasiswa, merekalah pihak terdekat dengan penentuan masa depan suatu bangsa. Selalu dan selalu akan kita dengar kualitas mahasiswa yang baik akan berdampak pada kemajuan Negara, begitu sebaliknya ketika sosok-sosok penerus itu tidak terdidik dengan baik maka bisa ditebak jangankan untuk menjadi maju, memberi ruang untuk melangkah dalam satu pijakan saja akan begitu sulit.
Benarkah demikian? Begitu pentingkah peran dari mahasiswa itu dalam sebuah Negara? Padahal kita tau, banyak dari mereka yang berstatus sebagai mahasiswa malah membuat kerusakan dengan kekerasan, tawuran, dan demontrasi yang anarkis.  Lalu dimana letak pentingnya peran dari mahasiswa? benarkah pergerakan yang dilakukan oleh mahasiswa itulah yang menjadi sudut pentingnya? Sekali lagi, benarkah? Padahal banyak dari pergerakan yang dilakukan mahasiswa itu berujung pada permasalahan yang terlalu dibesarkan tapi tidak bisa diselesaikan dengan jelas. Bahkan tak jarang pergerakan mahasiswa itu membawa dampak kekerasan yang tentunya tidak begitu baik untuk citra mahasiswa sebagai generasi penerus dan tonggak sebuah Negara.
Status sebagai generasi penerus sebenarnya merupakan hal yang cukup untuk sebuah self-esteem bagi seorang mahasiswa, setidaknya dengan self-esteem sebagai seorang generasi penerus, mereka bisa memotivasi diri untuk menjadi dan memberikan yang terbaik sebagai tunas dan harapan bangsa. Namun meski sebuah self-esteem sebagai generasi penerus itu melekat pada diri mahasiswa, sama sekali itu tak membuat kita berhenti untuk kembali mempertanyakan dimana letak kepentingan mahasiswa dalam sebuah Negara?
Sedikit membingungkan memang, tapi ini memang terjadi, meski banyak dari mereka yang mengaku sebagai mahasiswa, tak banyak dari mereka yang tau akan peran mereka sebagai mahasiswa, sebagai tonggak dari sebuah Negara. Hanya berkelit dan berkutat pada pemprosesan akademik dan proses pencarian ilmu. Tak ada yang melarang memang, tapi sebuah keapatisan membuat kekaburan peran, itu miris rasanya.
Sebenarnya sebuah pergerakan mahasiswa itu terlihat ketika runtuhnya pemerintahan Soeharto yang berganti dengan era reformasi. Terlihat jelas bagaimana peran mahasiswa untuk menjatuhkan dan membuat sebuah reformasi yang dianggap akan membawa kemajuan bagi Negara. Tapi apa hanya itukah batasan dari peran mahasiswa? Untuk sebuah peran, tetap saja jika tak ada aksi nyata akan ada pertanyaan tentang sebuah peran?

Lepas dari itu semua, tak ada salahnya memulai dari sekarang, melihat bagaimana anda sebagai mahasiswa bisa berperan aktif dalam pembangunan Negara, jangan Tanya apa yang kau dapat dari negaramu, tapi apa yang bisa kau lakukan untuk negaramu?
Salam

Gadis garis lurus

JANGAN TAKUT MINTA MAAF!


“ Maaf” siapa yang tidak pernah dengar kata itu? benarkah? Atau siapa yang tidak pernah mengucapkan kata itu? sempurnakah?. Satu kata yang semua orang didunia, saya yakini pasti pernah mendengar dan mengucapkannya. Bagi yang tidak pernah mendengarnya, mudah-mudahan mereka adalah orang-orang yang hidup dalam jalan kebaikan yang selalu dilimpahkan kenikmatan saling memaafkan tanpa harus berucap kata maaf. Dan bagi yang tidak pernah mengucapkannya, mungkinkah? Sesempurna apakah, sehingga tidak pernah mengucap kata itu, atau begitu besarkan tingkat egoistic dan harga diri yang menjunjung di dalam dadanya sehingga tidak berani mengucapkan kata itu.
Orang tidak akan menjatuhkan harga diri dengan meminta maaf dan dengan memaafkan maka orang akan jadi mulia. Tapi apa jadinya jika semua bisa selesai dengan minta maaf? Sepenting apakah kata itu? bukannya dengan semua selesai saat orang berkata “ maaf” atau “ ya,, maaf” dengan sedikit action memelas atau air mata berurai maka… polisi dan penjara akan jadi tak berguna.
Mungkin bisa jadi itu menjadi logika pembenaran untuk kita tidak menerima kata maaf. Tapi seperti saya katakan sebelumnya, anda tidak akan menjatuhkan harga diri anda ketika meminta maaf, justru anda akan menjadi lebih menghargai diri anda dan orang lain ketika anda meminta maaf. Lepas dari anda salah atau tidak, ( nb : manusia adalah pemilik dari segala salah, dan hanya ALLAH yang memiliki hak mutlak akan kebenaran) memulai atau meminta maaf terlebih dahulu adalah sesuatu yang sangat amat mulia jika dilakukan.   
Ketika maaf itu terucap dari mulut, dan segera mendapat satu kata sambutan baik dari si lawan bicara “ iya, sama-sama” atau “ iya, aku juga minta maaf”. Maka hati ini seakan meleleh (ice cream kali) alias “L-E-G-A”. Ya begitulah rasanya, jika kita meminta maaf, atau sebaliknya dengan lebih dulu memaafkan orang lain. Rasanya beban dipundak yang tadinya berkilo-kilo berkurang drastis dan jadi plong. Secara kita bukan hanya akan mempertahankan silaturahmi yang telah terjalin sebelumnya, tapi InsyaAllah akan memperkukuhnya. Tak terbebani dengan wajah-wajah cemberut yang akan menyapa kita setiap hari karena tak berteman dengan kata maaf. Tak tersibukkan dengan menepuk dada ketika orang-orang memandang sinis ke arah kita.
So, everybody… mulai saat ini, jangan takut minta maaf ya! Mau yang lebih tua, atau lebih muda, mau yang lebih cantik atau lebih je… ups… kurang cantik. Mau yang lebih manis atau kurang manis, mau yang lebih dewasa atau anak-anak, mau yang lebih ganteng atau kurang ganteng, mau yang lebih berpengalaman atau belum. Mau yang lebih berilmu atau kurang berilmu. Semua boleh minta maaf lebih dulu. (betul-betul-betul). Tapi,,,, itu juga berlaku sebaliknya. Semua boleh lebih dulu memaafkan kesalahan orang lain.
Okay, bray,,, tetap semangat
NB : Buat semua yang udah dijahilin, dan diisengin, dan diapa-apain ^_^….. peace salam damai, mak, abah, kakak, adek, nenek, datuk, mak uwo, pak uwo, temen dekat, teman jauh, teman yang nggak dekat dan nggak jauh, sodara-sodara, dan sodari-sodari…. MAAFIN AYE…

YOUR LIFE IS YOUR CHOICE!!!

Sebuah kisah bisa dimulai dari mana saja, sebuah cerita bisa diawali dari kata apa saja, tapi bagaimanapun kita mengawalinya dan memulai sebuah kisah, semua itu merupakan sebuah pilihan. Yakin atau tidak, percaya atau tidak, tapi begitulah sebuah kehidupan. Tak lebih dari cerita yang kita pilih.
Bila saat ini anda menangis maka itu bukan karena anda kehilangan uang tadi siang, atau karena anda terjatuh karena menabrak tiang. Tapi itu semata karena sebuah pilihan. Anda yang memilih untuk menangis ketika uang itu hilang, Anda tidak memilih untuk tertawa, tersenyum atau marah-marah. Menangis, itu pilihanmu kawan. Ini tidak berbicara atas dasar alamiah, tentang menangis ketika kehilangan. Kita bicara masalah pilihan.
Dan lanjut ketika seorang mendapat sesuatu yang bahagia. Maka pilihannya adalah tersenyum atau tertawa. Lagi-lagi ini adalah pilihan, dan anda yang memiliki pilihan itu. Bukan orang tua , atau teman anda. Ketika tugas kuliah itu tidak selesai pada waktunya maka itu adalah sebuah pilihan, anda yang memilih untuk tidak mengerjakannya lebih awal, anda juga yang tidak ingin bertanya lebih awal agar memahami sebuah tugas dan menyelesaikannya.
Dengan begitu anda tentu sudah bisa menebak tentang apa yang ingin saya ceritakan sekarang. Tentang sebuah pilihan, pilihan hidup dan kehidupan. Anda akan tumbuh seperti apa yang anda pilih. ALLAH sendiri bersikap seperti apa yang anda pikirkan. Seperti pilihan pikiran anda. Kesuksesan juga muncul seperti pilihan anda mengambil jalan menuju sebuah kesuksesan. Hidupmu adalah pilihanmu! Anda bisa memilih senang ketika harusnya sedih, atau anda juga bisa memilih sedih ketika anda merasa senang, anda juga bisa memilih takut ketika harusnya anda berani, dan andi bisa memilih berani ketika anda harusnya takut dengan berjuta tantangan kehidupan.
Your life is your choice, anda bisa melakukan seperti apa yang anda pikirkan, karena anda bisa memilih apa yang anda pikirkan.