Kamis, 01 Desember 2011

HIJRIAHKU TERTELAN MASEHI

Malam tahun baru, adalah hal yang tampaknya begitu dinanti oleh semua umat, termasuk umat nabi Muhammad. Tapi sayangnya, yang dinanti bukan kehadiran tahun Hijriah, melainkan tahun Masehi. Ada berjuta semangat dan hiforia menyambut malam itu, malam pergantian tahun dari 2010 ke 2011. Letusan kembang api dan gema terompet terdengar disepanjang jalan. Berbondong-bondong dari kita keluar rumah hanya sekedar untuk berkumpul dan meniup terompet bersama tepat pukul 00.00 sebagai tanda pergantian tahun.
Ironis memang, ini begitu berbanding terbalik dengan keadaan pergantian tahun baru Hijriah. Tak semeriah pergantian tahun masehi pastinya. 1432 H seolah berganti dengan begitu saja, bahkan mungkin ada yang tidak tahu akan pergantian itu, (setidaknya ada tanggal merah pada kalender yang mengingatkan bahwa hari itu tahun baru Islam, ”Tragis”) padahal sebagai umat Islam harusnya kita jauh lebih peka akan hari besar keagamaan kita dibanding perayaan tahun baru masehi itu sendiri.
Perayaan memang tidak diperlukan untuk tahun baru Islam, sebab jika kita jauh merenung lebih dalam, ada banyak hal yang telah terlewati ketika tahun baru berganti. Artinya ada banyak kekhilafan yang telah kita lakukan ditahun sebelumnya, ada banyak kesempatan yang terlewatkan. Jadi pantaskah seorang manusia beruforia dimalam tahun baru, sementara ia masih menyisakan dosa? Pantaskah terompet pesta itu dibunyikan sementara serunai dzikir tidak ditiupkan?
Dimalam tahun baru harusnya ada dzikir disana, ada renungan disana. Ada muhasabah dari kita. Sayangnya dimalam tahun baru hijriah, hanya segelintir orang yang berangkat ke mesjid dan bermuhasabah, hanya sepersekian manusia yang bersujud dan bertilawah. Padahal boleh jadi, tahun ini adalah tahun terakhir kita di dunia fana. Boleh jadi esok tak kan terlihat indahnya fajar oleh mata kita.
Jika kita bicara untung-rugi, maka merayakan tahun baru hijriah jauh lebih murah dan tidak beresiko dibanding perayaan tahun baru masehi. Ya, bayangkan saja, ada berapa banyak budget yang mesti disediakan untuk sekedar membeli kembang api, terompet dan makan-makan ditahun baru. Ada berapa banyak resiko yang kita terima untuk kompoi dimalam tahun baru dengan berdesak-desakan bersama orang-orang dijalan.
Sementara hanya butuh niat dan kekuatan fisik untuk kita berjalan ke mesjid dan bermuhasabah di tahun baru hijriah. Murah bukan? Tidak ada resiko besar untuk sebuah peringatan dimalam tahun baru hijriah. Bahkan ada nilai plus untuk kita yang mau bermuhasabah, pahala dan ridho-Nya. Tabungan akhirat yang tidak tergantikan dengan bermilyar uang dunia, baik itu dollar sampai rupiah Indonesia.
Berbanding terbalik dengan perayaan dimalam tahun baru masehi, hiforia dan foya-foya terasa begitu kental disana, tak jarang, ada saja yang memanfaatkan malam itu sebagai pesta miras, Nauzubillah. Bukankah ini malah menjauhkan kita dari ridho-Nya? Ya surga dunia memang begitu nikmat, tapi ada bunga yang mesti dibayar untuk itu diakhirat kelak.
Fenomena yang begitu nyata dan biasa tapi sebaiknya tidak kita biasakan. Malu rasanya  ketika mendengar, saat dimana seorang pembesar jauh lebih memilih ikut bergabung dalam pesta tahun baru masehi. Ketimbang saat ia harus menghadiri undangan peringatan tahun baru hijriah, tentunya dengan penolakan sejuta alasan pembenaran.
Itulah realitanya, tapi bukan berarti kita tak bisa merubah realita itu kan? Perlu jadi sebuah renungan untuk kita, bahwa bergantinya tahun, berarti bertambah pula usia kita. Artinya sudah bertambah waktu kita di dunia fana, sebagai hamba-Nya sudahkah perintah-Nya sebagai khalifah terlaksana? Atau itu hanya jadi kaledoskop ramadhan yang terlupakan? Ramadhan insyaf, syawal kembali ke awal? Lalu saat tahun baru, dosa terlupakan dan pesta dimulakan. Terompet bergema, kembang api menyala bersama gelapnya malam. Sampai saat shubuh datang, suara azan pun diabaikan.
Tak ada larangan untuk perayaan dimalam tahun baru, tapi apa salahnya jika kita rayakan dengan renungan? Apa salahnya jika kita rayakan dengan muhasabah? Hidup hanya sementara, kesempatan hanya sebentar saja. Renungkanlah hari ini? Masihkah ISLAM itu di hati??? Jangan biarkan hijriah tertelan masehi!
pROYEksi AB^_^